Cintaku kepada sosok itu seumpama arithmetic
of love; satu ditambah satu sama dengan segalanya, dua dikurangi satu sama
dengan musnah.
Aku dan dia adalah istana yang disebut cinta.
Dibangun oleh satu jiwa.
Dihuni dua raga.
(dikutip dari cerpen Onyol judulnya After Heart)
***
“bro, cakep tuh! Gebet gih, lu
kan udah lama jomblo!” Adam membuka suara memecah keheningan sesaat setelah
mereka memarkirkan mobil di parkiran sebuah acara musik.
“lu ngomong ke siapa, Dam? Sorry
aje gue taken.” Ucap seseorang dengan
sombongnya.
Adam, Okta, Mario, Nadhif, dan
Hamids.
Bukan.
Mereka bukan anggota boyband, anak band, apalagi anak cheers. Mereka hanya lima
remaja laki-laki berusia tanggung yang bisa dibilang bermodal tampang saja
sudah cukup untuk membuat cewek-cewek ABG jatuh hati. Kelompok kecil mereka itu
namanya Geng Gandul. Entah mengapa mereka memilih nama yang konyol untuk geng
mereka. Yang jelas, mereka tidak pernah gandulan di angkot.
Semua anggota
geng Gandul sudah punya pacar, kecuali Okta. Sebenarnya Okta bisa saja
mendapatkan seorang gadis dengan tipe manapun jika saja ia tidak mendadak bego
kalau berdekatan dengan cewek yang ia sukai. Wajah Okta tampan, tubuhnya
tinggi, hidungnya mancung, ngegemesin deh.
“kampret lu, Dam. Lu kan tau sendiri
gue kek gimana kalo ngadepin cewek.” Okta yang merasa tersentil dengan ucapan
tanpa sasaran dari Adam langsung melempar botol air mineral yang sebelumnya ia
pegang kepada Adam. Sedangkan Adam sendiri malah cengengesan sambil meminum air meineral yang ia tangkap.
“mau gue mintain kontak nya gak?”
Ucap Hamids dengan matanya yang masih sibuk menyisir antrian tiket masuk Konser
band-band Indie yang akan mereka tonton.
“Bener tuh, Ta. Hamids kan kang
gebet cewek! Cuma minta kontak mah gampang buat dia!” sahut Mario.
Hamids.
Seorang cowok dengan tinggi badan, warna kulit, hidung mancung, wajah tampan
yang sebelas duabelas tingkat ketampanannya dengan Okta namun berbeda nasib
percintaan adalah idola dari hampir seluruh siswi di sekolahnya.
Master
of heartbreaker. Begitulah julukan Hamids dari anak Geng Gandul. Entah udah
keberapa kali Hamids gonta-ganti pacar. Sejak 2 tahun lalu Hamids selalu
melakukan hobi (?) mempermainkan hati perempuan ini. Dan selama itu juga ia
tidak pernah serius, bahkan niat untuk serius pun tidak ada. Hamids bisa dengan
mudahnya mendapatkan pacar, lalu dengan sangat mudahnya pula memutuskan
hubungannya. Bekas luka hatinya yang cukup menganga akibat ditinggalkan mantan
pacarnya dulu sampai sekarang masih ada. Bahkan mungkin tak pernah ia obati. Ia
merasa belum ada yang pantas mengganti sosok Gracia, mantan legendarisnya setahun
lalu.
Setelah
masuk venue konser, Hamids kembali menyisir seluruh titik di tempat ini. Ia
mencari sosok gadis yang diincar Okta tadi. Sementara itu, geng gandul hanya
berdiri bergerombol melihat pergerakan Hamids yang sudah menemukan gadis
incaran Okta itu dan mulai berjalan kearahnya.
Hamids
mendekati gadis itu. Gadis dengan tinggi semampai dan rambut coklat sebahu
incaran Okta itu sedang asik mencoret fosfor ke baju dan wajah teman-temannya.
Konser band indie ini kebetulan bertema glow in the dark, jadi para penonton
diberikan sebungkus kecil fosfor untuk menambahkan kesan glow di acara ini.
“mbak, boleh minta coretin
fosfornya ga?” ucap hamids sambil memberikan punggungnya ke gadis incaran Okta
itu untuk mencoret kaos nya dengan fosfor.
Dengan
pesona dan ke-rupawan-an seorang Hamids, Tanpa babibubabi Gadis incaran Okta
itu langsung mencorat-coret punggung Hamids dengan fosfor. Teman-teman gadis
itu seketika menyoraki ‘ciye’ ke mereka berdua yang akhirnya jadi tertawa
sesaat. Hamids memberikan tangannya untuk dijabat dengan gadis itu. Selesai
dengan perkenalan dan coretan fosfor, Hamids mengeluarkan Handphone nya lalu
menanyakan ID LINE gadis itu. Terjadilah pertukaran kontak diantara Hamids dan
Gadis incaran Okta itu.
Selesai
dengan urusan kontak, Hamids kembali ke teman-temannya dengan membusungkan dada
dan ekspresi tampang tengilnya. Ia juga memamerkan kontak gadis incaran Okta
itu ke teman-teman nya. Okta yang memang sejak awal tertarik dengan gadis itu
langsung merebut handphone Hamids lalu mencatat kontaknya.
***
Sebuah
Sekolah Menengah Atas di Jogja terlihat ramai. Hari ini adalah hari pertama
dari Pekan Seni Budaya di sekolah swasta itu. Pekan Seni Budaya (PSB) adalah
sepekan dimana semua murid, guru, maupun staff TU sejenak melupakan pekerjaan
untuk melepas penat di sekolah. PSB biasanya dilaksanakan saat selesai UAS
menunggu pembagian hasil belajar selama satu semester. Di acara tersebut selama
sepekan ada berbagai macam perlombaan antarkelas. Drama, Shortmovie, Solo,
Dance, Tari tradisional, dan lain-lain. Ya, seperti classmeet gitudeh.
Sementara
kebanyakan murid sedang berpartisipasi di PSB tahun ini, geng Gandul malah asik
makan di kantin sambil ngobrol-ngobrol ganteng. Ya hampir sama seperti rumpi
cantik lahya, bedanya topik yang mereka bahas bukan seperti topik bahasan
cewek-cewek unyu di meja ujung sana. Mereka lebih tertarik membahas sepakbola,
basket dan cabang olahraga lainnya.
“eh, lucu tuh adek kelas! Gemesin
banget mukanya!” ucap Adam ditengah obrolan gak penting mereka.
“terus kenapa, Dam? Elaine atu
masih kurang?” sahut Nadhif.
Adam ini entah
mengapa matanya bisa aja nemu yang bening. Adam bisa dibilang tampan juga,
tubuhnya tinggi walaupun tidak setinggi Mario, rambutnya lurus jigrag, dan nilai plus dari seorang Adam
adalah ia atlet panahan. Jarang sekali bukan atlet panahan di Indonesia? Pesona
nya yang mirip-mirip cowok jepang dengan busur panah semakin menyatu dalam
matanya yang nakal. Tatapan matanya seakan bisa memanah gadis manapun. Diantara
geng Gandul, Adam inilah yang paling kebelet playboy tapi gagal terus karena
kepentok ikatan cinta oleh seorang bebek yang katanya dari Neptunus. Motto dari
seorang Adam adalah kemanapun mata ini melihat,
tetap Elaine yang selalu muncul saat mata ini terpejam. *tai banget yekan-___-*
“coba, Mids. Lu deketin tuh dedek
gemes! Katanya ya, dia tuh yang paling diincer seangkatan kelas 10!” akhirnya
Okta ikut membuka suara setelah sebelumnya ia sibuk dengan PDKT nya dengan
gadis tempo hari di acara musik itu.
“ah, dia bukan tipe gue. Bocah
banget itu keliatannya.” Ucap Hamids cuek.
“bilang aje lo takut dia gamau
sama lo kan? Secara gitu dia keliatan masih polos. Mana mau sama Kang Gebet
macem lo! Hahahaha” celetuk Mario yang membuat anak geng Gandul tertawa,
tentunya kecuali Hamids.
Hamids
langsung bangkit dari duduknya dan berjalan dengan tebar pesona menuju meja
yang di tempati gadis-gadis kelas 10 di ujung kantin. Ia membalikkan posisi
snapback nya, merapikan seragam dan dasi nya yang tadinya tak terkondisikan.
Matanya menatap tajam lurus ke depan seakan bersiap mencari mangsa baru, sudut
bibir kanannya ia tarik menyiapkan senyum sekeren mungkin.
“halo, kelas 10 ya? Kok gak ikut
PSB?” sapa Hamids saat ia sampai di meja cewek-cewek kelas 10 ini. Hamidspun
duduk diantara mereka.
Hanya
beberapa dari cewek-cewek itu yang menanggapi Hamids, sisanya hanya diam. Ada
yang diamnya karena canggung, ada juga yang karena grogi.
“hey….. indah?” ucap Hamids
sambil menatap ke gadis loli yang berada di depannya dengan kepala tertunduk.
Gadis itu hanya menatap Hamids sebentar, lalu memalingkan pandangannya ke arah
teman-temannya.
“nama kamu Indah ya? Kok bisa
kebetulan gini sih dari tempatku duduk tadi kamu yang terlihat indah. Hehe”
lanjut Hamids yang membuat ramai kantin yang tadinya sepi karena sorakan dari
teman-teman indah.
Indah
masih bungkam. Bibirnya ia katupkan. Raut wajahnya terlihat cemas. Matanya
mengarah bergantian ke teman-temannya.
“boleh minta ID LINE nya?” ucap
Hamids yang mulai penasaran dengan gadis berparas loli di depannya.
“b-buat apa kak?” Tanya Indah
gugup. Ia masih tak berani membalas tatapan Hamids yang dalam.
“yaaaa biar lebih kenal ajasih.
Aku gak gigit kok. Hehe” jawab Hamids dengan senyuman khas nya yang mempesona.
Strike! Usaha
Hamids yang lumayan lama dari biasanya itu membuahkan hasil. Setelah melirik
teman-temannya, Indah mendapat anggukan untuk memberikan ID LINE nya kepada si
kakak kelas keren itu. Awalnya Indah takut, mengingat julukan Master of Heartbreaker yang disandang
Hamids. Namun karena pesona dari kakak kelasnya itu akhirnya Indah luluh juga.
***
Hari terakhir
PSB. Hari dimana penentuan siapa pemenang dari masing-masing cabang seni dan
OSN yang dilombakan di tingkat sekolah. Setelah menang, si jawara biasanya akan
terpilih untuk maju ke kompetisi di tingkat kota madya melawan sekolah lain.
Istilahnya adalah FLSSN, jadi seperti seleksi dulu gitu.
Sementara itu,
Seperti hari-hari sebelumnya, geng Gandul tidak ikut serta dalam PSB tersebut.
Mereka masih asyik bermain Truth or Dare
dengan sebuah botol soda kosong yang berputar di tengah meja kantin yang mereka
tempati. Namun bedanya kali ini kantin benar-benar sepi karena semua murid
berada di aula untuk menonton penutupan PSB dan mengetahui siapa saja jawara
tahun ini.
“eh, Mids. Lu seriusan mau
macarin si dedek gemes itu? siapa sih itu namanya lupa gue?” tanya Nadhif
ditengah-tengah putaran botol soda itu.
“iyalah, ini gue lagi mau mutusin
Chika. Namanya Indah. Se-Indah orangnya. Hehehe.” Jawab Hamids dengan
santainya. Bagi Hamids, menyatakan cinta dan memutuskan hubungan sama mudahnya.
“anjir! Sakit lu ya? Indah kan
bocah banget. Lagian Chika kurang apa coba?” ucap Mario yang sebenarnya ia
sudah paham betul tentang Hamids yang sudah biasa seperti ini. Memutuskan
hubungan dengan mudahnya, mempermainkan perasaan, dan menyakiti hati perempuan
sudah seperti gaya hidup Hamids.
“liat aja nanti. Udeh ah, gue
cabut dulu. Mau cari coklat buat Indah. Hehehe” ucap Hamids sambil berlalu
meninggalkan geng Gandul.
“gak ngerti lagi dah gue sama itu
bocah satu. Playboy nya kaga ketolongan. Kadang kasian sama cewek-cewek yang
dia pacarin.” Ucap Nadhif saat Hamids sudah tak terlihat.
“yaelah kayak lu gak gitu aje,
Dhif. Lu aje kang PHP cewek. Dideketin doang, kaga dijadiin pacar. Mau gue
sebutin satu-satu nih siapa aja korban PHP lu?” sahut Adam. Nadhif hanya cuek
seakan tak perduli mendengar ucapan Adam.
“nah elu, Dam! Dari dulu kebelet
playboy tapi kepentok bebek neptunus. Hahaha!” kali ini Mario yang memang kalo
ngomong kocak membuat tawa diantara mereka.
“eh, Elaine tuh cinta hidup gue.
Bahkan kematianpun gabakal menghentikan cinta gue. Susah dah mau main serong!”
ucap Adam membela diri sambil meniup sedotan yang isinya masih ada jus alpukat
ke arah Mario. Jadilah Mario kecipratan jus alpukat di wajahnya.
“lagian lu Dam, anak Poseidon lu
pacarin segala. Susah dah kalo udah tenggelem di lautan cinta nya.” sahut
Nadhif dengan apabanget nya dia. “lagian ya, yang mesti kita waspadain tuh ini
nih si Okta. Jangan-jangan dia homo lagi makanya kaga punya-punya pacar!
Hahaha” lanjut Nadhif diikuti gelak tawa Adam dan Mario.
“dih anjing banget lu ngomong
kaga pake bismillah! Gue masi suka cewek, Pea! Sekate-kate dah lu, gue kepret
mlepuh lu!” bela Okta.
***
Hari
terus berlanjut. Untaian benang-benang cinta mulai menyatu diantara Hamids dan
Indah. Sudah sejak 3 bulan lalu akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin
sebuah hubungan. Saat ini Indah resmi menjadi pacar Hamids, dan begitu
sebaliknya.
3 bulan
bersama Indah tidak lantas membuat seorang Hamids ingin memutuskan pacar satu
tingkat dibawahnya itu. Ini adalah hubungan terlama dia setelah putus dari
mantan legendarisnya, Gracia. Indah yang awalnya menjadi bahan adu gengsi
kepada geng Gandul itu tanpa Hamids sadari terus-menerus mengganggu pikirannya.
Setiap detik hanya Indah, Indah, dan Indah yang berputar di otaknya. Setiap
saat hanya Indah yang berada dalam lamunannya. Dan setiap malam hanya Indah
yang menjadi mimpi indah dalam tidurnya. Tidak pernah ada istilah vacuum of power di hatinya, karena
satu-satunya yang menjajah seluruh isi hati dan perhatian dari Hamids adalah
Indah.
Mungkin ini
yang disebut Playboy Tobat. Sejak perasaan cintanya kepada Indah semakin
membesar setiap detiknya, tak pernah sedikitpun Hamids berniat melirik gadis
lain. Indah adalah sosok sempurna di mata Hamids. Tak ada yang lebih cantik
dari Indah. Tak ada yang lebih menarik dari si bocah berponi depan itu. Tak ada
yang lebih apapun dari seorang Indah di mata Hamids. Baginya, Indah adalah
segalanya.
Setiap hari
Hamids selalu mengantar Indah pulang sekolah. Bukan hanya itu saja, wujud dari
rasa sayang dan perhatian dari Hamids bahkan sampai tumpah luber-luber. Indah sendiri juga bagai menjadi candu dari seorang
Hamids yang sekarang berubah julukan menjadi Playboy Tobat itu. Kisah romansa mereka bahkan beberapa kali dimuat
di dalam majalah mingguan sekolah. Di sekolahpun banyak fans mereka yang
menamai diri mereka dengan nama FBH, atau singkatan dari Fans Berat Hamindah.
Hamindah sendiri adalah gabungan nama dari Hamids dan Indah. Para FBH mengaku
mengagumi cara mereka berpacaran yang lucu meski tanpa nafsu. Tak jarang jika
Hamindah sedang jalan berdua atau apapun itu di sekolah selalu ada paparazzi
yang memotretnya lalu mempublish foto itu di halaman belakang ulasan tentang
Hamindah. *yaelah jadi kek cerita
Thailand gini wkwkwk*
Seiring
berjalannya waktu, Hamids dan Indah terlihat semakin cocok. Hamids yang
bertumbuh tinggi dengan wajah tengil namun tampan sangat cocok dengan wajah
lucu Indah walaupun dengan tubuhnya yang kecil. Meskipun perbedaan tinggi badan
terlihat cukup jauh, tapi disitulah letak kelucuan mereka. Pernah lihat full
house versi Thailand yang pemerannya Aom dan Mike? Nah lucunya kayak gitu.
Ihiiiiwwww :*
***
Cintaku kepada sosok itu seumpama arithmetic
of love; satu ditambah satu sama dengan segalanya, dua dikurangi satu sama
dengan musnah.
Aku dan dia adalah istana yang disebut cinta.
Dibangun oleh satu jiwa.
Dihuni dua raga.
(dikutip dari cerpen Onyol judulnya After Heart)
Begitulah
yang selalu ada di benak Hamids. Kecintaannya yang berlebih kepada Indah seakan
sudah tidak bisa di pisahkan lagi dari kehidupannya. Mungkin begini, Hamids
mencintai Indah lebih dar ia mencintai dirinya sendiri. Bahkan ia membenarkan
ucapan Adam yang dulu ia bilang lebay; Kematian hanya akan menghentikan hidup, bukan menghentikan cinta.
Hidup hamids
menjadi lebih baik semenjak Indah hadir. Warna-warna cerah selalu mengikuti
langkahnya yang sebelumnya kelabu. Indah termasuk murid cerdas, beberapa kali
ia ikut dalam olimpiade matematika dan pelajaran yang tergolong sulit lainnya.
Tak jarang pula ia membawa medali emas dengan gelar juara bahkan sampai tingkat
nasional. Itulah yang membuat Hamids bangga bisa memiliki Indah. Hamids merasa
beruntung Indah bisa menerima dirinya yang datang dengan kotor berlumuran
umpatan dari gadis-gadis yang Hamids lukai sebelumnya. Selain itu walaupun
Hamids berada di kelas 11, tak jarang Indah membantu tugas matematika Hamids.
Ia dengan telaten mengajari Hamids yang sangat membenci deretan angka bercampur
huruf yang membuat otaknya panas itu. Bagi Hamids, Indah adalah sosok perempuan
yang memiliki nyali sebuas serigala karena dengan berani membiarkan hatinya
dijatuhi oleh seorang Hamids yang terkenal penjahat hati. *eaaak muncul lagi kata penjahat hati. Padahal udah dihindari biar gak
sama kek OS sebelumnya wkwk*
Saat
ini Geng Gandul termasuk Hamids sedang berada di tangga dekat toilet murid
laki-laki di lantai 3. Masing-masing mereka menggenggam gadget berukuran diatas
7 inchi dengan layar yang menampilkan sebuah game perang. Geng Gandul memiliki
Clan sendiri di game Clash Of Clan itu dengan anggota 48 orang yang menyebar di
seantero sekolah. Mereka sedang sibuk War.
“eh, Mids. Lu beneran mau serius
sama itu bocah cilik?” ucap Okta diantara keseriusan geng Gandul yang sedang
bersiap untuk War kedua.
“iya, Ta. Gue keknya fix di Indah
deh. Udah capek juga gue selama ini maenin hati perempuan. Tobat lah gue, hati
gue sekarang udah dikunci Indah. Hehehe.” Jawab Hamids sambil men-donate Troops ke Clan Castle Adam.
“secinta apasih lo sama Indah?
Elah baru juga 3 bulan. Gue yang udah mau 3 tahun sama Elaine aje kaga sealay
lo.” Ucap Adam yang sudah siap troops untuk
War kedua.
“gue….” Hamids menghentikan
kalimatnya. Ia memejamkan matanya, membayangkan sosok gadis yang sangat ia
cintai. “gue belom pernah merasa dicintai setulus ini sebelumnya. Indah
bener-bener yang terindah.” Lanjutnya.
“Halah berak, Mids. Tar juga lo
kumat lagi.” celetuk Mario yang masih fokus dengan looting dark elixirnya.
“Gracia gimana? Kata lu dia
segalanya? Kata lu gak ada yang bisa gantiin dia? Trus kan Indah bukan tipe lu,
Mids?” rentetan pertanyaan Nadhif berikan untuk Hamids yang masih senyum-senyum
gak jelas.
“Gracia? Ah, dia Cuma masa lalu.
Kalo udah cinta, mau tipe yang kayak gimana juga gue gabisa apa-apa, Dhif.”
Jawab Hamids dengan santainnya. Ia mematikan tabletnya, lalu bangkit dari
duduknya.
“Gue War nya nanti aja ah,
mau nyamperin yang terindah dulu di kelasnya.”
Hamids
berjalan membelakangi teman-temannya. Sebenarnya posisi kelas Indah dibawah
kelasnya, dan harusnya tinggal menuruni tangga yang tadi ia pakai buat War di game COC tadi. Namun karena Hamids ingin membeli coklat dulu untuk Indah di
koperasi lantai 3 sekolahnya, jadi ia memilih tangga di sebelah timur yang
sering sekali sepi.
Sebatang
coklat sudah berada di tangan Hamids. Ia melanjutkan menuruni susunan anak
tangga menuju lantai 2, lantai dimana kelas Indah berada. Namun baru memijaki
beberapa anak tangga, ia mendengar suara yang selama 3 bulan ini sudah tidak
asing lagi di telinga nya.
“nah, gini dong lu pada. Lama
banget si sampe telat sebulan. VVIP kan ini?”
“ya, sorry kali. Uang kita-kita
juga perlu dikumpulin dulu. Iye itu VVIP kok, beli di calo tuh kita tadinya
udah sold out. 1D kan lagi tenar-tenarnya. Lagian Cuma telat sebulan aje lu
segitunya.”
“lu gatau ajasih, sehari pacaran
ama itu tiang aje empet banget! Ini ampe telat sebulan dari perjanjian.
Harusnya kan gue putusin dia pas 2 bulan. Asli dah itu kakak kelas malesin
banget, mana bego lagi dia IQnya jongkok. Najong banget modus nya minta ajarin
MTK. Mending kalo langsung nyambung, lah ini lama banget nyambungnya. Parah dah,
Tuhan ngasih dia tampang ganteng tapi keknya lupa ngasih otak. Ckck. Tiap hari
pengennya nganterin gue balik mulu, lah gue kan males ya, dikata gue gaada duit
buat naek taksi apa. Tapi gapapa deh yang penting gue dapet tiketnya tanpa
perlu ngantri.”
“tapi lu keren bisa bikin dia
bertahan lebih dari sebulan sama lo, padahal gue kira dia bakal mutusin lo
seminggu setelah jadian. Secara kan dia playboy nya parah banget! Hahaha keren
lo, Ndah!”
“hahaha gampang dah ntar gue
kasih tips bikin orang kayak Hamids jatuh sejatuh-jatuhnya orang jatuh cinta
sama kita. Btw, tengkyu nih ya gue mau ke atas dulu nyamperin ke kelasnya. Mau
gue putusin itu tiang. Udah gak kuat gue sama dia. Lain kali main Truth Or Dare kayak gini lagi ya,
lumayan dapet tiket gratisan.”
Langkah
kaki mungil itu mulai terdengar menaiki anak tangga dengan Hamids yang berdiri
mematung diatasnya. Suara khas dari seorang yang terindah dimatanya kini
berubah menjadi suara paling mengerikan dan menyakitkan bak suara sangkakala.
Indah yang membuatnya merasa dicintai dengan sangat tulus ternyata hanya
mempermainkan Hamids. Bahkan menjadi bahan taruhannya untuk sekedar mendapatkan
tiket konser sebuah boyband secara gratis.
Tiba-tiba
Hamids seakan mendengar kembali suara Okta tempo hari; “hati-hati, Mids. Gue
takutnya lo bakal kena sendiri batu nya!”
.
.
.
Hiyaaaakkk…. Gimana? Gimana? kali ini yang ringan ringan dulu aja ya, Hahahaa asli deh ini lagi
males nulis tapi sayang ada ide kalo gak ditulis bikin ngebul XD
Ohiya, cerita ini terinspirasi dari salah satu cerpen di Antologi Truth Or Dare, dan sorry ya buat yang
gak ngerti COC. Abisnya bingung mau gimana lagi, jadi aja itu game ada hehehe.
Kritik, Saran, dan Komen boleh lohhh…. Hehehe tunggu Tulip Merah: 6 ya!
-
@satepadang48
Keren wes sering" bkin bung hamids ya
ReplyDeleteBtw bs nyoba bkin andelaine gak thor?
andelaine ya...... hmm belom dapet feelnya. soalnya andelaine itu bahagia terus kan aslinya wkwkwk
Delete