Saturday, 28 March 2015

Bunga di Tepi Jalan

halooooo..... sebenernya ini gabut ditengah minggu-minggu UTS. trus kebetulan dapet inspirasi, jadi aja deh bikin OS. oke selamat membaca ya!

Mendung langit. Indahnya sandikala di langit kota jogja tak nampak sore ini. Padatnya lalu lintas sudah menjadi biasa ditengah rutinitas. Suara bising dari knalpot kendaraan masih kalah dengan bisingnya alat-alat berat dari proyek pembangunan banyak mall dan hotel-hotel. Asap mengepul seakan semakin memperkeruh suasana hati pengendara yang mulai tidak sabar dengan macetnya kota ini.

                Kenalin, aku Hamids. mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di salah satu universitas swasta di jogja. Rumahku di daerah condongcatur. Sudah sejak kelas 10 SMA aku pindah dari Jakarta ke Jogja karena pekerjaan Papa. Hampir selama 4 tahun ini aku lumayan menikmati setiap inchi dari kota ini yang semakin lama ternyata semakin men-jakarta. Awalnya aku kira akan mendapat udara segar di kota ini, ternyata sama saja. Ya memang sih tidak sekotor di Jakarta. Eh mungkin bukan tidak, tapi belum.

Monday, 23 March 2015

Tulip Merah : 3

dianjurkan untuk membacanya saat pikiran sedang selo wkwkwk. bacalah dengan pikiran terbuka. sekali lagi ini cuma fanfict, gaada maksud lain atau apapun itu. bisa loh kalo mau follow @satepadang48 hehehehhe. oke ya langsung aja.....

BRAAAKKKKKK!!!!!!!     

Sampai dirumah. Aku membanting pintu dan menutup semua tirai yang ada di lantai satu rumah ini. Nenek sedang memasak untuk makan malam menatapku seakan berkata “ada apa?”. Kakek yang tadinya berada di gudang bawah tanah langsung naik ketika mendengar suara pintu yang ku banting dengan keras. Aku masih memburu nafas. Antara mau menangis dan meledak sejadi-jadinya. Aku menarik kursi makan lalu meruntuhkan tubuhku yang rasanya sudah lemas tak berdaya.

Aku mengeluarkan Koran tadi dari dalam tas. Aku menangis. Mentalku kalah. Aku diingatkan tentang kedua orang tuaku. Otak ku memutar memori indahku bersama mereka. Ya, mereka yang sangat ku sayangi dan ku cintai melebih Gracia. Aku kalah. Seharusnya aku meledak, bukan menangis. Aku terus memikirkan bagaimana keadaan orang tua ku sekarang. Mereka berada di kamp konsentrasi di jerman. Kamp bodoh yang memanfaatkan Jews. Oh bukan, Kamp bodoh yang menyiksa Jews, kaum ku. Kamp bodoh yang mempekerjakan mereka secara paksa dengan kekerasan jika tidak mau mematuhi perintah untuk melakukan pekerjaan kasar.

Friday, 20 March 2015

Simfoni Hitam

Helaaaw….. sebelum lanjut ke Tulip Merah : 3, ada baiknya kita selingin sama OS ye. Ini terinspirasi dari lagu nya sherina yang simfoni hitam. Alangkah nyes nya kalo baca sambil denger lagunya. Hahaha. Oke. Langsung. Baca. Aja. Ye. Cekibrot~

yang mau kenalan mah boleh lah di @satepadang48 hehehehe




“kamu tahu, 2 hal yang paling membuatku merasa bahagia?”

Suara itu. aku paham betul siapa pemiliknya. Seorang yang aku cintai dengan hebat. Seorang yang aku rela melakukan apapun hanya untuknya. Seorang yang entah bagaimana aku bisa mencintainya.

 Aku menggeleng tanda tak tahu. Ia berjalan menuju tepian atap sekolah. Aku mengekor dibelakangnya lalu berhenti tepat di sampingnya.

“yang pertama, ketika aku percaya bahwa tuhan ku maha hebat. Dan yang kedua, saat aku menemukanmu dalam hidupku.”

                Posisi kami berhadapan. Ia menatapku dalam. Mata cokelat nya membiusku. senyum tipis dari bibir merahnya merobohkan pertahanan cintaku. Aku mencoba mengendalikan diriku. Itu adalah kalimat terbaik yang pernah aku dapatkan dalam mimpi. Iya. Itu benar. Hal-hal indah yang pernah aku dapatkan hanya fana. Hanya sebatas mimpi.

                Aku terus mengingat mimpi itu. sangat rinci. Bahkan setiap gerakan dan ucapan yang ia ucapkan padaku dalam mimpi, aku hapal betul.

Dia. Hamids. Seorang cowok yang aku cintai dengan hebat. Teman sekelasku sejak kelas 10 SMA hingga sekarang sudah tinggal menghitung hari menuju kelas 12. Cowok bertubuh tinggi dan kurus itu cukup dekat denganku. Namun sayang. sedekat apapun kami, kedekatan itu hanya sebagai teman. Tak seperti harapanku yang menginginkan lebih.

                Hampir setiap malam aku memimpikannya. Aku bermain dengan dia yang mencintaiku dalam mimpi. Entah mengapa setiap bunga tidur itu datang, itu selalu berasal dari nya. dari hamids. Cukup aneh memang jika setiap bermimpi tentang hamids, ia selalu menjadi pacar ku. Ia selalu mengucapkan kata-kata indah. Ia yang selalu mengerti hati ini. Ia yang membuatku jatuh cinta berulang kali. Jika aku bisa hidup dalam mimpi, aku ingin meninggalkan kehidupan nyata ku. Aku tidak ingin bangun dari tidurku. Aku sangat ingin bersama nya, dicintai oleh nya.

“woy! Ndah! Dicariin temen lu tuh!” suara itu membuyarkan lamunanku. Hamids? Sejak kapan ia kembali? Bukannya ia ke kantin dengan para cowok di kelas?

“eh? lu bukannya tadi ke kantin?” ucapku yang baru saja tersadar dari lamunanku.

“nih! dinginin ini otak, biar gak bego.” Ia menempelkan sebotol air mineral dingin di kepalaku.

“ih paan si. Udeh ah minggir!” aku menepis pelan tangan nya lalu berjalan keluar menemui teman ekstrakurikuler ku.
***

Malam sunyi ku impikan mu
Ku lukiskan cita bersama
Namun selalu aku bertanya
Adakah aku di mimpi mu?   
       
Malam ini aku memimpikannya lagi. dalam mimpi ini kami saling bertukar cerita dan melukis cita. Kami berada di lapangan yang biasa ia gunakan untuk latihan lari sprint. Ia adalah pelari hebat dalam mimpi ku kali ini. Ia baru saja memenangkan sebuah perlombaan besar. medali emas yang menggantung di lehernya ia pegang, lalu menunjukannya kepadaku. Kami berdua melempar hayal di masa depan. Ia bilang akan menikahi ku, lalu akan memiliki dua anak. Anak pertama laki-laki, seorang bakal calon atlet wing chun. Ia bilang supaya si kakak bisa menjaga adik nya. lalu aku bilang bahwa anak kedua kami perempuan, seorang gadis cantik bakal calon atlet panahan. Aku tak tahu alasannya kenapa aku ingin si adik menjadi atlet panahan. Mungkin biar keren saja seperti tokoh Katniss Everdeen di film The Hunger Games.

Mengapa kau selalu hadir dalam setiap mimpi indahku? Apakah kau tidak kasihan denganku yang berulang kali jatuh cinta kepadamu yang sedang mengejar gadis lain? Aku selalu ingin tahu, Mids. Adakah aku di mimpi mu?

Sebagai seorang teman dekat yang juga merangkap sebagai buku diary nya, aku selalu menjadi tempat curhat nya. menjadi tempat tangisan hatinya yang berulang kali hancur karena tidak mendapat feedback dari Gracia. Iya, gadis yang Hamids kejar adalah Gracia. Ia cantik, populer, pintar, dan dikagumi banyak cowok di sekolah. Berkali-kali hamids berusaha mendapatkan hati Gracia, namun berkali-kali juga Gracia hanya cuek dan terkesan tidak perduli dengannya. Namun hamids tidak menyerah sedikitpun. Hamids-ku, bukan orang yang mudah menyerah. Ia akan terus berusaha mendapatkan hati Gracia. Sepertiku yang terus berusaha mendapatkan hatinya.

Di hatiku terukir namamu
Cinta rindu beradu Satu
namun slalu aku bertanya
adakah aku di hatimu?

                Aku ingin sekali sebentar saja menjadi dirimu, Hamids. Agar aku tahu bagaimana rasanya dicintai dengan hebat oleh diriku. Agar aku tahu bagaimana rasanya menjadi landasan jatuh-sejatuh-jatuhnya hati dan jiwaku. Agar aku tahu bahagianya dicintai dengan nyata.

                Di dalam hatiku hanya satu nama yang terus bersarang. Hamids. Nama paling indah di dunia ini. Bahkan lebih indah dari namaku. Namun sepertinya bukan aku satu-satunya nama yang terukir di hatimu. Bukan Indah saja, mungkin. Tapi hamids, pertanyaan ini selalu muncul dalam benakku. Adakah aku di hatimu?

Tuesday, 17 March 2015

Tulip Merah : 2

dianjurkan untuk membacanya saat pikiran sedang selo wkwkwk. bacalah dengan pikiran terbuka. sekali lagi ini cuma fanfict, gaada maksud lain atau apapun itu. oke ya langsung aja.....

Aku melihat Gracia. Gadis cantik teman sebangku ku. Gadis cantik penjaga toko jam di tengah desa. Gadis cantik berwajah oriental namun sangat dingin. Gracia menggerai rambutnya. Ia mengenakan kaos putih berlengan panjang dengan rompi rajut berwarna abu-abu. Rok hitam selututnya berkibar saat angin menyapu poni sampingnya. Kakinya diselimuti boots coklat tinggi namun masih kalah tinggi dengan kaus kaki hitamnya yang sudah mengendur.

Thursday, 5 March 2015

Tulip Merah : 1

ini ff pertama gue nih. dianjurkan untuk membacanya saat pikiran sedang selo wkwkwk. bacalah dengan pikiran terbuka. sekali lagi ini cuma fanfict, gaada maksud lain atau apapun itu. oke ya langsung aja.....


Agustus 1942
Mendung. Sampai menjelang tengah hari ini matahari masih malu-malu rupanya. Kalau kau ingin tahu lebih jelasnya, mungkin sedikit akan ku gambarkan dengan kata-kata. Siang ini semua aktifitas seakan berada di balik awan. Nyanyian burung tidak bersahutan sejak pagi. Angin berhembus tak ramah kepada pepohonan hingga beberapa harus menggugurkan daun nya. namun sekelompok manusia bodoh tetap bersuka cita, menarik kedua sudut bibirnya berlawanan arah, bahkan beberapa meneriakkan suara-suara gaduh propaganda. Mereka bodoh. Sekelompok pemuda itu bodoh. Pemuja fuhrer dengan isme bodoh yang sangat bahagia dengan perang.