Friday, 20 March 2015

Simfoni Hitam

Helaaaw….. sebelum lanjut ke Tulip Merah : 3, ada baiknya kita selingin sama OS ye. Ini terinspirasi dari lagu nya sherina yang simfoni hitam. Alangkah nyes nya kalo baca sambil denger lagunya. Hahaha. Oke. Langsung. Baca. Aja. Ye. Cekibrot~

yang mau kenalan mah boleh lah di @satepadang48 hehehehe




“kamu tahu, 2 hal yang paling membuatku merasa bahagia?”

Suara itu. aku paham betul siapa pemiliknya. Seorang yang aku cintai dengan hebat. Seorang yang aku rela melakukan apapun hanya untuknya. Seorang yang entah bagaimana aku bisa mencintainya.

 Aku menggeleng tanda tak tahu. Ia berjalan menuju tepian atap sekolah. Aku mengekor dibelakangnya lalu berhenti tepat di sampingnya.

“yang pertama, ketika aku percaya bahwa tuhan ku maha hebat. Dan yang kedua, saat aku menemukanmu dalam hidupku.”

                Posisi kami berhadapan. Ia menatapku dalam. Mata cokelat nya membiusku. senyum tipis dari bibir merahnya merobohkan pertahanan cintaku. Aku mencoba mengendalikan diriku. Itu adalah kalimat terbaik yang pernah aku dapatkan dalam mimpi. Iya. Itu benar. Hal-hal indah yang pernah aku dapatkan hanya fana. Hanya sebatas mimpi.

                Aku terus mengingat mimpi itu. sangat rinci. Bahkan setiap gerakan dan ucapan yang ia ucapkan padaku dalam mimpi, aku hapal betul.

Dia. Hamids. Seorang cowok yang aku cintai dengan hebat. Teman sekelasku sejak kelas 10 SMA hingga sekarang sudah tinggal menghitung hari menuju kelas 12. Cowok bertubuh tinggi dan kurus itu cukup dekat denganku. Namun sayang. sedekat apapun kami, kedekatan itu hanya sebagai teman. Tak seperti harapanku yang menginginkan lebih.

                Hampir setiap malam aku memimpikannya. Aku bermain dengan dia yang mencintaiku dalam mimpi. Entah mengapa setiap bunga tidur itu datang, itu selalu berasal dari nya. dari hamids. Cukup aneh memang jika setiap bermimpi tentang hamids, ia selalu menjadi pacar ku. Ia selalu mengucapkan kata-kata indah. Ia yang selalu mengerti hati ini. Ia yang membuatku jatuh cinta berulang kali. Jika aku bisa hidup dalam mimpi, aku ingin meninggalkan kehidupan nyata ku. Aku tidak ingin bangun dari tidurku. Aku sangat ingin bersama nya, dicintai oleh nya.

“woy! Ndah! Dicariin temen lu tuh!” suara itu membuyarkan lamunanku. Hamids? Sejak kapan ia kembali? Bukannya ia ke kantin dengan para cowok di kelas?

“eh? lu bukannya tadi ke kantin?” ucapku yang baru saja tersadar dari lamunanku.

“nih! dinginin ini otak, biar gak bego.” Ia menempelkan sebotol air mineral dingin di kepalaku.

“ih paan si. Udeh ah minggir!” aku menepis pelan tangan nya lalu berjalan keluar menemui teman ekstrakurikuler ku.
***

Malam sunyi ku impikan mu
Ku lukiskan cita bersama
Namun selalu aku bertanya
Adakah aku di mimpi mu?   
       
Malam ini aku memimpikannya lagi. dalam mimpi ini kami saling bertukar cerita dan melukis cita. Kami berada di lapangan yang biasa ia gunakan untuk latihan lari sprint. Ia adalah pelari hebat dalam mimpi ku kali ini. Ia baru saja memenangkan sebuah perlombaan besar. medali emas yang menggantung di lehernya ia pegang, lalu menunjukannya kepadaku. Kami berdua melempar hayal di masa depan. Ia bilang akan menikahi ku, lalu akan memiliki dua anak. Anak pertama laki-laki, seorang bakal calon atlet wing chun. Ia bilang supaya si kakak bisa menjaga adik nya. lalu aku bilang bahwa anak kedua kami perempuan, seorang gadis cantik bakal calon atlet panahan. Aku tak tahu alasannya kenapa aku ingin si adik menjadi atlet panahan. Mungkin biar keren saja seperti tokoh Katniss Everdeen di film The Hunger Games.

Mengapa kau selalu hadir dalam setiap mimpi indahku? Apakah kau tidak kasihan denganku yang berulang kali jatuh cinta kepadamu yang sedang mengejar gadis lain? Aku selalu ingin tahu, Mids. Adakah aku di mimpi mu?

Sebagai seorang teman dekat yang juga merangkap sebagai buku diary nya, aku selalu menjadi tempat curhat nya. menjadi tempat tangisan hatinya yang berulang kali hancur karena tidak mendapat feedback dari Gracia. Iya, gadis yang Hamids kejar adalah Gracia. Ia cantik, populer, pintar, dan dikagumi banyak cowok di sekolah. Berkali-kali hamids berusaha mendapatkan hati Gracia, namun berkali-kali juga Gracia hanya cuek dan terkesan tidak perduli dengannya. Namun hamids tidak menyerah sedikitpun. Hamids-ku, bukan orang yang mudah menyerah. Ia akan terus berusaha mendapatkan hati Gracia. Sepertiku yang terus berusaha mendapatkan hatinya.

Di hatiku terukir namamu
Cinta rindu beradu Satu
namun slalu aku bertanya
adakah aku di hatimu?

                Aku ingin sekali sebentar saja menjadi dirimu, Hamids. Agar aku tahu bagaimana rasanya dicintai dengan hebat oleh diriku. Agar aku tahu bagaimana rasanya menjadi landasan jatuh-sejatuh-jatuhnya hati dan jiwaku. Agar aku tahu bahagianya dicintai dengan nyata.

                Di dalam hatiku hanya satu nama yang terus bersarang. Hamids. Nama paling indah di dunia ini. Bahkan lebih indah dari namaku. Namun sepertinya bukan aku satu-satunya nama yang terukir di hatimu. Bukan Indah saja, mungkin. Tapi hamids, pertanyaan ini selalu muncul dalam benakku. Adakah aku di hatimu?



                Dunia ini begitu besar untuk aku habiskan sendiri. Hari-hariku terlalu sepi untuk aku jalani sendiri. Aku butuh kamu, Hamids. Aku butuh kamu untuk mengecilkan dunia ini. Aku butuh kamu untuk meramaikan hari-hariku. Aku tak tahu bagaimana untuk mengungkapkan perasaan ini. Cinta yang semakin lama semakin menjalar bak sel kanker ini mungkin bisa membunuhku suatu saat nanti. Aku terlalu takut untuk meluapkan isi hatiku yang hampir tak mampu ku bendung lagi.
***

 “kamu tahu, 2 hal yang paling membuatku merasa bahagia?”

Suara itu. aku paham betul siapa pemiliknya. Seorang yang aku cintai dengan hebat. Seorang yang aku rela melakukan apapun hanya untuk membuatnya tersenyum. Seorang yang entah bagaimana aku bisa mencintainya.

Gracia menggeleng tanda tak tahu. Hamids berjalan menuju tepian atap sekolah. Gracia mengekor dibelakangnya lalu berhenti tepat di sampingnya. Ini nyata.

“yang pertama, ketika aku percaya bahwa tuhan ku maha hebat. Dan yang kedua, saat aku menemukanmu dalam hidupku.”

Posisi Gracia dan Hamids sekarang berhadapan. Hamids menatap Gracia sangat amat dalam. Mata cokelat nya menyiratkan keinginan yang amat serius dengan Gracia. Hamids berlutut didepan Gracia. Ia mengeluarkan sebuah kotak yang berisi dua buah kalung dengan liontin huruf S dan H. aku tahu, karena aku yang memberikan ide kepada Hamids. Senyum tipis dari bibir merah Gracia merobohkan pertahanan hatiku. Gracia membuka hatinya untuk Hamids. Dan secara otomatis mematikan kesempatanku, merobek hatiku, menelan pahit harapanku kepada Hamids selama ini.

Hamids memasangkan kalung dengan liontin huruf H di leher gracia. Sedangkan ia hanya memasang liontin huruf S di gelang hitam kesayangannya yang berada di pergelangan tangan kiri nya. senyuman bahagia merekah indah dari wajah mereka.

Aku mencoba mengendalikan diriku. Itu adalah kalimat terbaik yang pernah aku dapatkan dalam mimpi, dan menjadi kalimat paling  menyakitkan mulai detik ini. Betapa bodohnya aku yang begitu saja memberikan kalimat itu untuk Hamids gunakan dalam menyatakan cintanya. Aku yang bodoh saat Hamids bertanya kalimat apa yang paling membuatku bahagia, aku dengan girangnya membayangkan mimpi itu dan menceritakannya kepadamu tanpa memberitahu siapa cowok yang menjadi bunga tidurku selama ini.

Sekarang Hamids sudah resmi berpacaran dengan Gracia. Mereka melambaikan tangan ke arahku yang baru muncul dari tempat persembunyian dengan kamera milik hamids. Iya, Hamids meminta tolong kepadaku agar merekam moment saat ia menyatakan cintanya kepada Gracia. Mereka berdua tersenyum lebar di depan kamera lalu berpelukan. Hamids meneriakkan ‘I love you, Gracia!’ dengan keras dari atas atap sekolah. Ia tidak tahu, betapa tak kuatnya aku menahan sel kanker cinta *halah* *taikali* yang mulai merusak hampir seluruh organ ku. Senyum palsu. Hanya itu yang bisa ku tunjukkan kepada mereka berdua yang sedang dimabuk cinta.

Aku menyerah, Mids. Aku sadar, aku Indah yang tak begitu indah di matamu. Aku Indah yang sama sekali bukan nama yang terukir di hatimu. Aku Indah yang bukan apa-apa jika dibandingkan dengan keindahan kekasihmu.

Tapi kamu harus ingat, Mids. Aku masih Indah dengan nyali sebuas wota yang sering demachi. Jika aku tak bisa memilikimu, aku tetap membiarkanmu bahagia. Jika aku tak bisa nyanding, aku tak keberatan kalau hanya bisa nyawang. Jika aku tidak bisa berada dalam satu ikatan pernikahan denganmu, aku pasti akan datang ke akad dan resepsi pernikahanmu dengan gadis lain. Tapi untuk saat ini, hanya satu doaku kepada tuhan ku yang maha hebat; Ya Tuhan, semoga mereka cepat putus.

Tak bisakah kau sedikit saja dengan aku?
Dengan simfoni ku
Simfoni hanya untukmu
Tlah ku nyanyikan alunan alunan senduku
Tlah ku bisikkan cerita cerita gelapku
Tlah ku abaikan mimpi mimpi dan ambisi ku
Tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu?

hiyaaaaa.... aneh ye. yaudah lah bomat. hehe


No comments:

Post a Comment