Helaaaw….. sebelum lanjut ke
Tulip Merah : 3, ada baiknya kita selingin sama OS ye. Ini terinspirasi dari
lagu nya sherina yang simfoni hitam. Alangkah nyes nya kalo baca sambil denger
lagunya. Hahaha. Oke. Langsung. Baca. Aja. Ye. Cekibrot~
yang mau kenalan mah boleh lah di @satepadang48 hehehehe
“kamu tahu, 2 hal yang paling
membuatku merasa bahagia?”
Suara itu. aku
paham betul siapa pemiliknya. Seorang yang aku cintai dengan hebat. Seorang
yang aku rela melakukan apapun hanya untuknya. Seorang yang entah bagaimana aku
bisa mencintainya.
Aku menggeleng tanda tak tahu. Ia berjalan
menuju tepian atap sekolah. Aku mengekor dibelakangnya lalu berhenti tepat di
sampingnya.
“yang pertama, ketika aku percaya
bahwa tuhan ku maha hebat. Dan yang kedua, saat aku menemukanmu dalam hidupku.”
Posisi
kami berhadapan. Ia menatapku dalam. Mata cokelat nya membiusku. senyum tipis
dari bibir merahnya merobohkan pertahanan cintaku. Aku mencoba mengendalikan
diriku. Itu adalah kalimat terbaik yang pernah aku dapatkan dalam mimpi. Iya.
Itu benar. Hal-hal indah yang pernah aku dapatkan hanya fana. Hanya sebatas
mimpi.
Aku
terus mengingat mimpi itu. sangat rinci. Bahkan setiap gerakan dan ucapan yang
ia ucapkan padaku dalam mimpi, aku hapal betul.
Dia. Hamids.
Seorang cowok yang aku cintai dengan hebat. Teman sekelasku sejak kelas 10 SMA
hingga sekarang sudah tinggal menghitung hari menuju kelas 12. Cowok bertubuh
tinggi dan kurus itu cukup dekat denganku. Namun sayang. sedekat apapun kami,
kedekatan itu hanya sebagai teman. Tak seperti harapanku yang menginginkan lebih.
Hampir
setiap malam aku memimpikannya. Aku bermain dengan dia yang mencintaiku dalam
mimpi. Entah mengapa setiap bunga tidur itu datang, itu selalu berasal dari
nya. dari hamids. Cukup aneh memang jika setiap bermimpi tentang hamids, ia
selalu menjadi pacar ku. Ia selalu mengucapkan kata-kata indah. Ia yang selalu
mengerti hati ini. Ia yang membuatku jatuh cinta berulang kali. Jika aku bisa
hidup dalam mimpi, aku ingin meninggalkan kehidupan nyata ku. Aku tidak ingin
bangun dari tidurku. Aku sangat ingin bersama nya, dicintai oleh nya.
“woy! Ndah! Dicariin temen lu
tuh!” suara itu membuyarkan lamunanku. Hamids? Sejak kapan ia kembali? Bukannya
ia ke kantin dengan para cowok di kelas?
“eh? lu bukannya tadi ke kantin?”
ucapku yang baru saja tersadar dari lamunanku.
“nih! dinginin ini otak, biar gak
bego.” Ia menempelkan sebotol air mineral dingin di kepalaku.
“ih paan si. Udeh ah minggir!”
aku menepis pelan tangan nya lalu berjalan keluar menemui teman ekstrakurikuler
ku.
***
Malam sunyi ku impikan mu
Ku lukiskan cita bersama
Namun selalu aku bertanya
Adakah aku di mimpi mu?
Malam ini aku
memimpikannya lagi. dalam mimpi ini kami saling bertukar cerita dan melukis
cita. Kami berada di lapangan yang biasa ia gunakan untuk latihan lari sprint.
Ia adalah pelari hebat dalam mimpi ku kali ini. Ia baru saja memenangkan sebuah
perlombaan besar. medali emas yang menggantung di lehernya ia pegang, lalu
menunjukannya kepadaku. Kami berdua melempar hayal di masa depan. Ia bilang
akan menikahi ku, lalu akan memiliki dua anak. Anak pertama laki-laki, seorang
bakal calon atlet wing chun. Ia bilang supaya si kakak bisa menjaga adik nya.
lalu aku bilang bahwa anak kedua kami perempuan, seorang gadis cantik bakal
calon atlet panahan. Aku tak tahu alasannya kenapa aku ingin si adik menjadi
atlet panahan. Mungkin biar keren saja seperti tokoh Katniss Everdeen di film
The Hunger Games.
Mengapa kau
selalu hadir dalam setiap mimpi indahku? Apakah kau tidak kasihan denganku yang
berulang kali jatuh cinta kepadamu yang sedang mengejar gadis lain? Aku selalu
ingin tahu, Mids. Adakah aku di mimpi mu?
Sebagai
seorang teman dekat yang juga merangkap sebagai buku diary nya, aku selalu
menjadi tempat curhat nya. menjadi tempat tangisan hatinya yang berulang kali
hancur karena tidak mendapat feedback
dari Gracia. Iya, gadis yang Hamids kejar adalah Gracia. Ia cantik, populer,
pintar, dan dikagumi banyak cowok di sekolah. Berkali-kali hamids berusaha
mendapatkan hati Gracia, namun berkali-kali juga Gracia hanya cuek dan terkesan
tidak perduli dengannya. Namun hamids tidak menyerah sedikitpun. Hamids-ku,
bukan orang yang mudah menyerah. Ia akan terus berusaha mendapatkan hati
Gracia. Sepertiku yang terus berusaha mendapatkan hatinya.
Di hatiku terukir namamu
Cinta rindu beradu Satu
namun slalu aku bertanya
adakah aku di hatimu?
Aku ingin
sekali sebentar saja menjadi dirimu, Hamids. Agar aku tahu bagaimana rasanya
dicintai dengan hebat oleh diriku. Agar aku tahu bagaimana rasanya menjadi
landasan jatuh-sejatuh-jatuhnya hati dan jiwaku. Agar aku tahu bahagianya
dicintai dengan nyata.
Di
dalam hatiku hanya satu nama yang terus bersarang. Hamids. Nama paling indah di
dunia ini. Bahkan lebih indah dari namaku. Namun sepertinya bukan aku
satu-satunya nama yang terukir di hatimu. Bukan Indah saja, mungkin. Tapi
hamids, pertanyaan ini selalu muncul dalam benakku. Adakah aku di hatimu?